LAGU PENYEMBAHAN TERUNIK MASA KINI
H I L L S O N G C H R U C H
Pada waktu Hillsong Church di kota Sydney, Australia, memproduksi album
puji dan sembah berkesinambungan dengan konferensi mereka di tahun 1997,
yang sangat dikenal oleh dunia musik gereja di seluruh dunia: All
Things are Possible, Ps Brian Houston, gembala sidang Gereja Hillsong
mengungkapkan kerinduan hatinya melalui suatu pernyataan di awal rekaman
video mereka.
Ia berkata, bahwa Hillsong Church
mempunyai suatu ambisi yang amat muluk untuk . `pada suatu saat menjadi
sebuah gereja yang besar, terlalu besar untuk diabaikan begitu saja oleh
masyarakat (sekuler) dunia'. Ternyata ungkapan isi hatinya tersebut
laksana nubuatan seorang nabi Allah, yang pada waktu diucapkan, membekas
di dalam hati para penggemar musik `praise and worship' di seluruh
dunia.
Album lagu-lagu kristiani tersebut dapat memadai ketenaran album God is
in the House, yang direkam tahun sebelumnya dan berhasil membuahkan
banyak sekali lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sangat mengesankan
hati para penggemarnya.
Album All Things are Possible dipenuhi oleh lagu-lagu `praise and
worship' dengan irama-irama menarik, seperti: Love You So Much, In Your
Hands, Glory to the King, I Know It, dan terutama, yang dipergunakan
sebagai judul album mereka: All Things are Possible. Lagu-lagu rohani
tersebut sudah berhasil melanda dunia musik gereja di mana-mana, tanpa
dapat dihalangi lagi.
Dua tahun sebelumnya ia berkata di akhir rekaman video Friends in High
Places, bahwa semua pemusik berbakat yang mengambil bagian di dalam
album-album produksi mereka bukanlah pemusik-pemusik terhebat, yang
menjadi anggota di dalam jemaat gereja mereka.
Tetapi orang-orang itu adalah individu-individu Hillsong Church yang mau
bersatu hati, mengorbankan segala-galanya bagi Kristus, bersama-sama
menjadi saksi dengan tujuan untuk meninggikan nama-Nya melalui lagu-lagu
gubahan mereka - "., supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai
Allah, ." (1 Samuel 17:46c)! Sebuah ayat yang menjadi motto dasar tujuan
utama produksi-produksi musik rohani mereka, yang sudah disesuaikan
dengan keadaan umat percaya di dunia masakini.
Jadi fokus utama Gereja Hillsong adalah . memuliakan nama Tuhan Yesus
Kristus, dan bukan mempromosikan primadonna-primadonna `praise and
worship' baru yang ingin dikagumi di dalam tubuh Kristus.
Semenjak album pertama mereka: The Power of Your Love, diluncurkan pada
tahun 1992, gereja-gereja lokal di Australia, dan juga di negara-negara
tetangga sekitar benua tersebut, sudah tidak bisa mengabaikan lagi musik
kristiani yang diproduksi oleh Gereja Hillsong. Karena lagu-lagu yang
terdapat di dalamnya sudah menjadi langganan gereja-gereja yang lain,
dipergunakan di dalam acara-acara ibadah mereka, diselipkan di antara
lagu-lagu Hymne yang biasanya dinyanyikan oleh mereka.
Setiap tahun album-album produksi Hillsong Church selalu mengemukakan
lagu-lagu pujian dan penyembahan unik yang berbeda-beda, yang mampu
meraih `audiences' yang baru, serta menjamah hati orang-orang percaya
dari pelbagai denominasi-denominasi Kristen. Produksi-produksi musik
`praise and worship' mereka berhasil menjangkau ke luar benua Australia,
masuk ke daerah Asia Pasifik, bahkan melanda pasaran musik kristiani
beberapa negara di sekitarnya yang biasanya merupakan pangkalan produksi
musik-musik seperti itu.
Dari lagu Jesus Lover of My Soul di album mereka yang kedua, sampai lagu
klasik I Give You My Heart yang merupakan `trademark' album mereka yang
kelima: God is in the House, muncul lagu-lagu baru lainnya yang jelas
tidak dapat diabaikan begitu saja oleh masyarakat Kristen pada umumnya,
baik di Australia maupun negara-negara yang lain di sekitarnya.
Untuk pertama kalinya, di dalam album God is in the House diperkenalkan
nama seorang anggota tim pemusik baru Gereja Hillsong yang masih berusia
muda sekali. Sedikit yang mereka ketahui pada saat itu, bahwa Reuben
Morgan, penggubah lagu: I Give You My Heart, adalah utusan Tuhan untuk
mempersiapkan tim pemusik mereka memasuki era yang baru menjelang abad
yang ke-21. Tetapi yang pasti, semenjak saat itu ia telah mempengaruhi
arah haluan semua produksi-produksi rekaman musik gereja yang amat
termasyhur ini.
Tidak dapat dielakkan lagi, lagu-lagu karya mereka diterjemahkan di
negara-negara lainnya, baik secara resmi ataupun tidak. Tim-tim pemusik
gereja-gereja lain di mana-mana mencoba untuk meniru dan memproduksi
gaya irama dan penyajian musik mereka yang amat unik tersebut.
Kendatipun demikian, tidak ada satupun di antara mereka yang berhasil
untuk `bisa' menerima urapan sebesar yang diberikan oleh Tuhan kepada
Hillsong Church. Ada yang meminta ijin terlebih dahulu, karena mereka
menghargai peraturan-peraturan hak cipta yang ada, tetapi lebih banyak
lagi yang berani menterjemahkan lagu-lagu karya mereka secara diam-diam,
bahkan `membajak'-nya tanpa merasa malu atau sungkan.
Di Indonesia lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sering dinyanyikan di
dalam ibadah-ibadah gereja, seperti: Kub'rikan Hatiku, Kucinta Kau,
Penebusku Hidup, Engkau Kudus, Hadirat-Nya di Sini, Betapa
Kumengasihi-Mu atau Ku b'ri Syukur adalah sebagian saja dari banyak
sekali lagu-lagu terjemahan bebas yang berasal dari album-album mereka.
Lagu Shout to the Lord dari album mereka yang ketiga: People Just Like
Us, hasil karya pena pemimpin (pendeta) `praise and worship' Hillsong
Church, Ps Darlene Zschech, sangat diakui oleh dunia musik kristiani
masakini sebagai salah satu lagu penyembahan kontemporer terunik, yang
sudah dapat dikategorikan termasuk di dalam seluruh daftar lagu-lagu
Hymne yang paling populer sepanjang masa.
Tahukah Anda, bahwa Shout to the Lord adalah sebuah lagu penyembahan
yang paling sering dinyanyikan oleh orang-orang percaya di dalam
ibadah-ibadah gereja atau pertemuan-pertemuan kristiani di seluruh dunia
saat ini? Setiap detik di salah satu bagian pelosok bumi, selalu ada
orang-orang Kristen yang sedang bersama-sama menyembah Tuhan,
menyanyikan lagu penuh `kuasa' tersebut.
Melalui hasil penelitian data statistik yang dikumpulkan tahun 2002,
ketenaran lagu Shout to the Lord hanya berada sedikit di bawah ketenaran
lagu Hymne abadi: Amazing Grace, karya John Newton, semenjak lagu
tersebut diciptakan dua abad yang lalu.
Ps Phil Pringle, gembala sidang Christian City Church, gereja terbesar
lainnya di kota Sydney, mengatakan di dalam khotbahnya melalui acara
televisi awal tahun 2003, bahwa tidak akan memakan waktu terlampau lama
lagi, ketenaran lagu Shout to the Lord pasti akan melampaui ketenaran
lagu Amazing Grace.
Ungkapannya itu mudah sekali untuk dipahami berdasarkan kecepatan
naiknya ketenaran mereka, mengingat akan besarnya perbedaan jangka waktu
yang telah di lalui oleh kedua lagu penyembahan tersebut, semenjak
mereka digubah dan dinyanyikan oleh jemaat-jemaat gereja di seluruh
dunia untuk pertama kalinya.
Selama ini lagu Amazing Grace selalu menduduki tingkat yang tertinggi,
sebagai sebuah lagu kristiani yang paling banyak (sering) dipergunakan
oleh orang-orang percaya di dalam acara-acara ibadah gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar